Biasanya surga dunia itu disematkan pada objek-objek wisata seperti
Pulau Bali atau Taman Laut Bunaken yang indahnya mencuci mata. Tapi
untuk menikmati surga dunia tersebut, kita harus rogoh dompet atau
menemui teller buat memperoleh biaya naik ular besi, rakit mesin, atau angkot terbang.
Sebenarnya
bisa lho surga dunia itu kita bikin sendiri aja kalau gak tega mecah
celengan kodok. Kita tinggal mendefinisikan apa kesenangan kita. Kalau
bisa sih satu aja dan jangan aneh-aneh. Kemudian wujudkan itu di dalam
kamar tidur. Kenapa kamar tidur? Karena itu ruang privat kita, di mana
kita bebas melakukan apapun selama berada dalam batas dinding kamar.
Kamar jugalah tujuan utama kita setelah lelah menghadapi kerasnya dunia
di luar sana. Pilu dong kalau setelah stres nongkrong di perpustakaan
atau kerja cari uang kok kamar kita isinya baju belum dicuci dan lantai
belum dibelai sapu. Minimal harus ada hal yang bikin kita menjadikan
kamar sebagai pelarian.
Misalnya, saya sendiri mendefinisikan
kesenangan adalah musik. Maka beginilah yang bikin kamar saya selalu
memanggil-manggil kalau saya kepanasan di luar sana:
Sebuah tapedeck yang sangat tua sekali. Tapi ini adalah alat pemutar musik terhebat yang pernah saya rasakan. Dengan speaker
segede gaban begitu Anda akan merasakan musik jazz serasa heavy metal.
Sayangnya tinggal radionya yang berfungsi normal. Pemutar kasetnya malah
bikin pita kaset bundet. Lagian kaset saya juga cuma berapa.
Nah,
yang ini adalah sahabat setia saya. Namanya Daisy. Daisy yang selalu
membantu saya mengerjakan skripsi dan mencari bahan di internet. Dia
juga menyimpan seluruh koleksi lagu saya yang tiap hari saya putar di
AIMP2. Nah, si Daisy ini punya ce-es:
Ini
modem yang super jadul, gede, dan antenanya lebay. Saya beli November
2009 dan masih prima sampai sekarang. Yang pasti suatu hari saya akan
ganti modem ini karena ini cuma modem CDMA 2000 1X yang kecepatan
maksimalnya 153,6 kbps. Tapi lumayanlah buat mengunduh lagu atau nonton
video musik di YouTube.
Kelengkapan surga di kamar ini sebenarnya
mau saya tambah dengan koleksi buku dan majalah musik. Tapi sejak dulu
cuma ini aja majalah musik nomor satu dunia yang mampu kebeli,
setengah-setengah doang niat koleksinya (itu aja yang covernya Slank
& Iwan Fals cuma gratisan dari workshopnya Rolling Stone) :D -->
segera mengagendakan berburu ke shopping center
No comments:
Post a Comment