Wednesday 21 November 2012

Ceritanya Latihan Problem Solving

Di pagi yang cerah tadi saya sudah melesat ke Jl. Krasak, Kotabaru. Saya hendak meliput acara softskill training yang diadakan oleh lembaga pengembangan karir dari UGM. Ini sungguh kegiatan liputan yang menyenangkan dan sungguh berbeda dengan ketika magang di radio manakala ikut matkul Jurnalisme Penyiaran atau 'ngguling-ngguling' di pers mahasiswa. Liputan kali ini saya tidak harus berpanas-panas dan lama menunggu. Saya hanya duduk di ruang training dan mencatat seluruh peristiwa training yang terjadi secara 5W1H. Lumayanlah, anggep aja peserta training juga ;)

Nah, mungkin sekalian saya share saja di sini ilmunya. Tapi sedikit saja mungkin ya, soalnya peserta yang ikut tadi harus bayar 70-90 ribu lho buat dapet ilmu ini. Olrait, tema trainingnya adalah problem solving. Intinya adalah, agar sukses memecahkan masalah, kita harus punya kemampuan berpikir analitis dan kreatif. Analitis buat mengidentifikasi masalah (alamak skripsiiii) dan kreatif buat mencari solusinya. Caranya adalah dengan menuliskan berbagai alternatif solusi atas masalah yang dihadapi, meski beberapa diantaranya gak logis, gak mutu, ra lucu, ra modal, gak penting, yang penting tulis saja semua, baru dieliminasi.

Dalam rangka brainstorming melatih kemampuan berpikir kreatif, trainer pun melontarkan pertanyaan "Apa yang akan Anda lakukan dengan selembar kertas?". Sayangnya saya hanya menjawab "Buat bikin pesawat-pesawatan dan buat nulis puisi." Padahal dulu saya pernah mendapat pertanyaan "Apa fungsinya penjepit kertas?" dan saya mengatakan sesuatu yang membuat semua orang tertawa: "Buat ngedorong koin yang sesak mau masuk kotak infak mesjid." Bahkan tidak cuma itu. Masih ada sederet kegunaan 'ra mutu' penjepit kertas lainnya yang saya tuliskan. Aih, kreativitas saya sedikit berkurang rupanya.

Selepas liputan, saya pun nongkrong ke perpustakaan dengan gaya khas anak wifi. Saya sudah berencana mengunduh The Beatles Anthology Disc 4 split 1 dari situs yahud indowebster.com sebesar sekitar 600 MB. Sayang kecepatan wifi Unit 1 Lantai 1 hanya seputaran 20 kbps, yaelah. Padahal Sabtu pagi lalu, kecepatannya mencapai lebih dari 1 mbps sodara-sodara *langsung ngiler donlot*. Saya jadi heran sama anak-anak cowok yang doyan donlot gede-gede dan kerap berhasil. Padahal wifian-nya juga gak di tempat aneh, misal di emper rumah dukun bandwidth. Tapi beberapa memang harus mencari kesempatan pada situasi yang sepi sih biar bisa ngebut mengunduh.

Dan...saya mengidentifikasikan ini sebagai masalah. Rumusan masalahnya adalah "Bagaimana mengunduh The Beatles Anthology tanpa lelet tanpa putus, di perpus, siang hari?". Solusinya adalah:

1. Teriak "Pergi semuanya! Tinggalkan saya wifian sendiri!" ---> '_______________'
2. Beli modem CDMA EVDO Rev.B yang konon mampu mencapai 14,7 mbps ---> duit gak ada, kelamaan, butuh donlot sekarang juga.
3. Mengancam petugas kontrol hotspot dengan clurit ---> gak punya clurit
4. Berdoa ---> tapi kalo tanpa usaha yaa gimana yaa
5. Beli DVD The Beatles Anthology dari Amazon ---> nunggu kurs 1 dollar = 1 rupiah sepertinya hanya mimpi

Hmm, tapi memang berpikir kreatif kalau tidak dieliminasi ya begitulah jadinya. Lima alternatif di atas terpikirkan setelah dengan bantuan Internet Download Manager pun kecepatan tidak meningkat juga. Ganti-ganti wifi pun nihil. Sementara di kompleks UGM sedang rawan bawa laptop malam-malam.

Dan akhirnya...saya terdampar di...Torrent! ---> aduuh saya gaptek sekali baru mudeng sekarang.
Saya sudah mengunduh aplikasi U-Torrent, mempelajarinya, dan mencoba meski hasilnya beluuuuum juga menggembirakan. Maybe next time. Mungkin saya harus wifian sabtu pagi lagi. Atau menunggu skripsi saya agak selo agar bisa tamasya ke tempat yang wifinya ngebut seperti di foodcourt dan PPTIK.

Tapi yang terpenting adalah: saya sudah berlatih problem solving, whatever they say


Originally posted on May 2nd 2012

No comments:

Post a Comment