Bicara
tentang klakson, sepertinya ini adalah suatu hal yang tidak
mengenakkan. Karena klakson biasanya berbunyi dalam situasi yang tidak
menyenangkan. Lalu lintas padat dan detik-detik menjelang kecelakaan
adalah beberapa contoh kejadian tak menyenangkan yang disertai bunyi
klakson.
Yang paling membuat saya sebal adalah klakson yang
berbunyi ketika lalu lintas padat dan traffic light menyala merah.
Bisa-bisanya si pemilik kendaraan membunyikan klakson saat lampu merah.
Suatu perbuatan yang tidak akan mengubah keadaan kecuali hanya menambah
polusi suara. Ayah saya akan bilang: "Mabur kono!" dan dosen saya pernah
berkomentar: "Uncivilized!"
Klakson bisa dibilang juga punya
emosi negatif. Teman saya ada yang tidak mau membunyikan klakson kecuali
dalam keadaan yang sangat sangat terpaksa. Teman saya itu merasakan
tidak enaknya diklakson karena itulah dia tidak membunyikan klakson dan
saya setuju dengan pendapatnya. Saya pun ikut-ikutan.
Saya jadi
ingat lokasi KKN saya di Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul. Awalnya saya
heran dengan kebiasaan orang-orang di sana yang suka membunyikan
klakson. Ternyata fungsi klakson di sana bergeser: jadi alat untuk tegur
sapa. Bahkan ada yang benar-benar lewat depan rumah orang, nggak
nengok, hanya membunyikan klakson dan sang penghuni rumah menjawab
sapaan klakson tersebut dengan wajar. Yah, klaksonnya jadi semacam
pertanda kalau "saya melintas".
Tapi sampai sekarang, saya masih menganut teman saya. Tidak akan membunyikan klakson kecuali terpaksa.
No comments:
Post a Comment