Wednesday 21 November 2012

Pergi ke Luar

Saya suka iri dengki sendiri kalau melihat orang yang bisa main ke luar negeri. Melihat teman saya yang biasanya main sama saya terus bisa menginjak tanah Amerika. Melihat teman yang ikut pertukaran pelajar ke Jerman. Kagum dengan mereka yang bisa kuliah di luar negeri, bisa piknik ke luar negeri, punya saudara di luar negeri, dapat suami orang luar negeri, bekerja di  luar negeri, manggung di luar negeri, kompetisi di luar negeri. Pokoknya semua orang yang punya unsur luar negeri dalam hidupnya. Saya juga punya sih, kakek-nenek saya naik haji ke luar negeri :D (tetap saja bukan saya yang ke luar negeri)

    Banyak sensasi dan pengalaman baru yang kita rasakan kalau bisa pergi ke luar negeri. Tapi bukan hanya sekedar pengalaman pegang paspor, naik pesawat, dan bisa ngemeng bahasa Inggris yang saya cari. Lebih dari itu. Belajar budaya dan mencoba merasakan bagaimana ketika kita menginjak negeri orang.

    Saya juga mau banget mengikuti gaya hidup orang luar negeri, pastinya yang positif dan tidak merusak karakter saya sebagai orang Indonesia. Misalnya saya nggak bakal pakai rok mini dan baju  kurang bahan. Saya juga nggak akan kawin sebelum nikah, haha.

    Beberapa hal yang dilakukan orang luar negeri yang mau banget saya tiru misalnya pepohonan, naik angkutan umum, dan sepedaan/jalan kaki. Saya melihatnya asyik sekali orang-orang Eropa naik sepeda lipat menuju pemberhentian bus, terus sepedanya dilipat, naik bus, dan ketika turun naik sepeda lagi sampai tempat tujuan. Praktis banget. Masalahnya kalau ini diterapkan di Indonesia, banyak berabenya. Pertama, sepeda adalah kendaraan yang terpinggirkan di jalanan, bisa-bisa tidak ada yang membela kalau kita keserempet ketika bersepeda. Kedua, jalanan di Indonesia miskin pepohonan, ditambah dengan iklim tropis, yang ada bersepeda malah bawa penyakit: kepanasan, dehidrasi, dan kulit gosong. Sudah begitu kalau terpaksa kita pulang malam, bisa-bisa dipalak orang.

    Saya juga suka merasa iri lihat orang-orang di luar negeri banyak yang berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain. Osteoporosis bakal minggat. Bahkan orang-orang berdasi pun ikut jalan kaki. Jumlahnya lebih banyak dari kendaraan di jalan, jadi trotoarnya pun gede banget. Ketika menyeberang, pejalan kaki yang jadi raja. Di Indonesia, nyebrang seenak jidat di zebra cross sekalipun, artinya sama dengan siap ditabrak lari.

    Kebersihan dan kedisiplinan juga super-duper ampuh kerennya. Lantai trotoar sama bersihnya dengan lantai toko di Indonesia. Saya yakin gak akan kenapa-kenapa kalau tiduran di atas trotoat seperti di Singapore. Mungkin karena banyak orang berjalan kaki, bersepeda, atau naik angkutan umum, mereka jadi lebih bijak mengatur waktu, jadi tidak sudi main molor. Ya, makanya pepatah time is money datang dari orang luar negeri.

    Yah orang luar negeri memang mengagumkan. Catatan, tentu luar negerinya bukan Kamboja atau Ethiopia. Salah satu cita-cita saya adalah pergi ke luar negeri selain naik haji. Namanya saja “pergi ke luar”. Yang namanya pergi ke luar, maka kita keluar dari apa yang selama ini ada di sekitar kita, keluar dari zona nyaman, keluar dari hal-hal biasa. Keluar adalah salah satu cara untuk maju. Salah satunya, pergi ke luar negeri.

No comments:

Post a Comment