Saya suka iri dengki sendiri kalau melihat orang yang bisa main ke luar
negeri. Melihat teman saya yang biasanya main sama saya terus bisa
menginjak tanah Amerika. Melihat teman yang ikut pertukaran pelajar ke
Jerman. Kagum dengan mereka yang bisa kuliah di luar negeri, bisa piknik
ke luar negeri, punya saudara di luar negeri, dapat suami orang luar
negeri, bekerja di luar negeri, manggung di luar negeri, kompetisi di
luar negeri. Pokoknya semua orang yang punya unsur luar negeri dalam
hidupnya. Saya juga punya sih, kakek-nenek saya naik haji ke luar negeri
:D (tetap saja bukan saya yang ke luar negeri)
Banyak
sensasi dan pengalaman baru yang kita rasakan kalau bisa pergi ke luar
negeri. Tapi bukan hanya sekedar pengalaman pegang paspor, naik pesawat,
dan bisa ngemeng bahasa Inggris yang saya cari. Lebih dari itu. Belajar
budaya dan mencoba merasakan bagaimana ketika kita menginjak negeri
orang.
Saya juga mau banget mengikuti gaya hidup orang luar
negeri, pastinya yang positif dan tidak merusak karakter saya sebagai
orang Indonesia. Misalnya saya nggak bakal pakai rok mini dan baju
kurang bahan. Saya juga nggak akan kawin sebelum nikah, haha.
Beberapa hal yang dilakukan orang luar negeri yang mau banget saya tiru
misalnya pepohonan, naik angkutan umum, dan sepedaan/jalan kaki. Saya
melihatnya asyik sekali orang-orang Eropa naik sepeda lipat menuju
pemberhentian bus, terus sepedanya dilipat, naik bus, dan ketika turun
naik sepeda lagi sampai tempat tujuan. Praktis banget. Masalahnya kalau
ini diterapkan di Indonesia, banyak berabenya. Pertama, sepeda adalah
kendaraan yang terpinggirkan di jalanan, bisa-bisa tidak ada yang
membela kalau kita keserempet ketika bersepeda. Kedua, jalanan di
Indonesia miskin pepohonan, ditambah dengan iklim tropis, yang ada
bersepeda malah bawa penyakit: kepanasan, dehidrasi, dan kulit gosong.
Sudah begitu kalau terpaksa kita pulang malam, bisa-bisa dipalak orang.
Saya juga suka merasa iri lihat orang-orang di luar negeri banyak yang
berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain. Osteoporosis bakal
minggat. Bahkan orang-orang berdasi pun ikut jalan kaki. Jumlahnya lebih
banyak dari kendaraan di jalan, jadi trotoarnya pun gede banget. Ketika
menyeberang, pejalan kaki yang jadi raja. Di Indonesia, nyebrang seenak
jidat di zebra cross sekalipun, artinya sama dengan siap ditabrak lari.
Kebersihan dan kedisiplinan juga super-duper ampuh kerennya. Lantai
trotoar sama bersihnya dengan lantai toko di Indonesia. Saya yakin gak
akan kenapa-kenapa kalau tiduran di atas trotoat seperti di Singapore.
Mungkin karena banyak orang berjalan kaki, bersepeda, atau naik angkutan
umum, mereka jadi lebih bijak mengatur waktu, jadi tidak sudi main
molor. Ya, makanya pepatah time is money datang dari orang luar negeri.
Yah orang luar negeri memang mengagumkan. Catatan, tentu luar
negerinya bukan Kamboja atau Ethiopia. Salah satu cita-cita saya adalah
pergi ke luar negeri selain naik haji. Namanya saja “pergi ke luar”.
Yang namanya pergi ke luar, maka kita keluar dari apa yang selama ini
ada di sekitar kita, keluar dari zona nyaman, keluar dari hal-hal biasa.
Keluar adalah salah satu cara untuk maju. Salah satunya, pergi ke luar
negeri.
No comments:
Post a Comment