Ini bukan soal kepo atau jadi stalker. Mengamati orang itu kadang jadi
kegiatan yang mengasyikkan. Tentu saja mengamati orang di dunia nyata,
bukan di dunia maya apalagi dunia gaib. Saya termasuk suka melakukannya.
Ini terjadi karena saya biasa melakukan kegiatan bernama menunggu.
Menunggu bapak saya selesai kerja ketika SMP, menunggu dosen, menunggu
narasumber buat wawancara, menunggu teman yang molor karetnya, dan
menunggu-menunggu lainnya.
Nah, kegiatan menunggu sangat identik
dengan kebosanan. Memang sih, kebosanan bisa dibunuh dengan ponsel
(apalagi ponselnya pintar), laptop, atau gadget lainnya. Karena ponsel
saya tidak pintar kadang saya bosan juga dengan ponsel, apalagi kalau
inbox sedang sepi. Laptop jadi kurang berguna kalau tiada jaringan
wireless fidelity. Baca buku akan jadi pilihan terakhir walau hari gini
akan sangat aneh melihat orang duduk sendirian baca buku. Tapi saya
tetap baca buku, apalagi saya masih ingin tambah pintar dan masih ingin
bekerja dengan buku. Gawatnya adalah bila laptop tak terbawa, buku pun
tak ada.
Walhasil, menjadi pengamat orang pun saya lakukan. Saya
mengamati orang-orang yang lewat, orang-orang di jalanan, siapa saja.
Komentar ramai bersahutan di dalam hati.
"Gantengnyooo, wajah bapak ibunya kayak apa ya?"
"Mbak ini lagi nungguin siapa ya?"
"Pengamennya hari ini dapet berapa ya?"
Iya
sih, semacam kepo terpendam, eheeehee...tapi kadang-kadang hal itu bisa
mendatangkan inspirasi dan membuat kita bisa jadi lebih mengerti orang
lain.
Hari ini saya juga melakukannya karena saya harus menunggu
selama 2,5 jam di GSP yang nihil sinyal wifi. Pertama, saya mengamati
beberapa orang yang jualan alas tulis buat peserta tes PT Gudang Garam
dan PT Sayap Mas Utama. Mereka semua sudah tua tapi masih bersemangat
menjajakan alas tulisnya pada tiap orang yang lewat. Jumlah mereka ada
sekitar lima orang, tapi hanya sedikit yang membeli dagangan mereka.
Jadi mereka hanya duduk-duduk di teras barat GSP dan mengobrol. Mereka
saling melaporkan kondisi dua ruangan tes dan inti jawabannya adalah
sepi, sehingga dagangan mereka pun tak laku.
Kedua, saya
mengamati seorang bapak yang berjalan kaki mengelilingi GSP. Saya pernah
melihatnya beberapa waktu lalu dalam kondisi yang sama: jalan kaki
mengelilingi GSP. Kostumnya selalu sepatu kets, celana pendek, kaos,
jaket, dan topi. Saya pertamanya agak serem sama bapak ini karena
menatap saya sambil jalan kaki dalam durasi yang agak lebih. Bukannya
ge-er, yaelah! Tingkah si bapak memang agak aneh sih, lihat-lihat kesana
kemari seolah mencari sesuatu. Pagi inipun begitu. Saya sempat berpikir
bapak ini tidak sehat (jiwanya), karena menyapa semua orang yang ia
lewati, termasuk saya. Dia menyapa "halo", itu saja. Dengan muka datar.
Saya gak jadi berpikir bapak ini gak waras karena mukanya bule arab
(emang kalo bule arab gak boleh gila? :D). Tambah bukti lagi: si bapak
selesai muterin GSP kemudian naik mobil Honda CRV lama berplat AB.
Heuuh, dosen dari luar negeri kali yaa. Mungkin beliau berusaha akrab
dengan lingkungan dengan cara menyapa seperti itu. Bagus sih, tapi asal
menyapa kayaknya harus dipraktikkan hati-hati.
Kemudian, saya
bertemu seorang laki-laki muda peserta tes salah satu perusahaan.
Judulnya laki-laki tapi doi cereweeeettt sekali. Plus sok akrab. Tema
hari ini sepertinya adalah menyapa semua orang. Mendadak mas ini
menceritakan perjalanan hidupnya sebagai pencari kerja sebelum ikut tes
hari ini, dengan cerewet tentunya. Kesamaan saya dengan mas ini adalah
mengomentari orang-orang. Bedanya saya dalam hati, masnya cerewet
sekali. Cerewet. Titik. Sudah begitu ketidaksimpatikan saya bertambah
setelah masnya berkata, "mbaknya mau pergi? yaaah enggak ya? padahal
saya pengeeeen banget duduk." Saya pun berdiri, pamitan pergi, dan mas
cerewet langsung duduk dengan hepinya. Sementara ada mbak-mbak yang
lebih dulu berdiri di situ. Sadarlah mas :D
Ya sudahlah, mungkin memang masnya lama gak duduk dan lama pengen curhat. Selain segera sadar, semoga sukses deh.
Yak,
itu cara mengimbanginya. Jangan lupa mendoakan orang yang Anda amati
dan komentari dalam hati. Doakan yang baik. Ketika disalip orang ngebut,
doakan selamat sampai tujuan. Ketika ketemu orang gila, doakan dinas
sosial menemukannya.
No comments:
Post a Comment