Wednesday 21 November 2012

Jamnya Kecepetan!

Katanya banyak orang takut mati. Logikanya, kalau begitu orang tak mau waktu bergulir cepat, karena kematian akan segera datang. Tapi kenyataannya banyak sekali orang Indonesia (sepengetahuan saya sebagai orang Indonesia tulen) yang tidak patuh pada GMT alias Greenwich Mean Time, patokan waktu seluruh bagian dunia. Banyak orang Indonesia yang hobi mempercepat waktu di jam masing-masing.

    Ada banyak alasan orang melakukan ini. Biasanya antara tidak mau kesiangan, hingga membunuh kejenuhan. Mungkin pada saat melakukan hal ini, orang-orang lupa bahwa mereka sengaja mempercepat waktu padahal mereka belum siap bertemu masa depan termasuk kematian.

    Tapi buat saya, mempercepat jam dinding, jam weker, jam tangan, jam laptop, dst adalah kesia-siaan belaka. Buat apa saya mempercepat waktu, toh saya juga tahu jamnya sudah saya percepat, itu tidak akan memberikan efek apa-apa. Dengan penuh kesadaran saya akan langsung menghitung waktu sebenarnya sebelum dipercepat. Kecuali orang lain mengutak-atik jam kita tanpa bilang-bilang. Ini yang paling efektif, karena kita tak tahu jam sudah salah menunjukkan waktu. Hal kecil seperti ini yang sering dilupakan, esensial tapi berpengaruh *halah

    Berdasarkan pengalaman seadanya, pihak-pihak yang suka serampangan mempercepat waktu adalah ibu rumah tangga, SPBU, dan sejumlah perkantoran. Ibu rumah tangga punya alasan jelas, biar anak dan suami tidak malas-malasan. Akan sangat efektif kalau si ibu melakukan ini diam-diam, bukannya koar-koar. Tapi tetap saja ini berisiko, mengingat jam di rumah tak cuma satu. Si ibu bisa langsung kena tuduhan telak sebagai tukang kebut jam.

    Sekitar 3 SPBU di Jogja jam dindingnya terlalu cepat setengah jam. Entah untuk alasan apa yang satu ini. Mungkin biar bisa cepet-cepet pulang kerja. Mungkin ini juga alasan percepatan jam di perkantoran.

    Sementara jam-jam umum khas Jogja seperti di Ngejaman dan perempatan Gramedia Jl. Sudirman menunjukkan waktu yang cukup tepat bahkan malah lebih lambat. Mungkin karena kota Jogja ingin waktu tak segera berjalan, karena masa depan penuh ancaman yang bakal menyerang kota seperti Jogja.

    Dan kalau jam berjalan mundur, di Jogja saya cuma menemukan di toko kaset Popeye. Mungkin karena Popeye ingin kembali ke kejayaan masa lalu di mana banyak orang masih beli kaset. Postingan terkait ini bisa dibaca di sini.

    Berhubung hidup di dunia cuma sekali, cuma sebentar, kenapa musti buru-buru? Gunakan waktu untuk menikmati dunia sembari menabung untuk menghuni surga dan mengejar ridho-Nya.

No comments:

Post a Comment