Katanya banyak orang takut mati. Logikanya, kalau begitu orang tak mau
waktu bergulir cepat, karena kematian akan segera datang. Tapi
kenyataannya banyak sekali orang Indonesia (sepengetahuan saya sebagai
orang Indonesia tulen) yang tidak patuh pada GMT alias Greenwich Mean
Time, patokan waktu seluruh bagian dunia. Banyak orang Indonesia yang
hobi mempercepat waktu di jam masing-masing.
Ada banyak
alasan orang melakukan ini. Biasanya antara tidak mau kesiangan, hingga
membunuh kejenuhan. Mungkin pada saat melakukan hal ini, orang-orang
lupa bahwa mereka sengaja mempercepat waktu padahal mereka belum siap
bertemu masa depan termasuk kematian.
Tapi buat saya,
mempercepat jam dinding, jam weker, jam tangan, jam laptop, dst adalah
kesia-siaan belaka. Buat apa saya mempercepat waktu, toh saya juga tahu
jamnya sudah saya percepat, itu tidak akan memberikan efek apa-apa.
Dengan penuh kesadaran saya akan langsung menghitung waktu sebenarnya
sebelum dipercepat. Kecuali orang lain mengutak-atik jam kita tanpa
bilang-bilang. Ini yang paling efektif, karena kita tak tahu jam sudah
salah menunjukkan waktu. Hal kecil seperti ini yang sering dilupakan,
esensial tapi berpengaruh *halah
Berdasarkan pengalaman
seadanya, pihak-pihak yang suka serampangan mempercepat waktu adalah ibu
rumah tangga, SPBU, dan sejumlah perkantoran. Ibu rumah tangga punya
alasan jelas, biar anak dan suami tidak malas-malasan. Akan sangat
efektif kalau si ibu melakukan ini diam-diam, bukannya koar-koar. Tapi
tetap saja ini berisiko, mengingat jam di rumah tak cuma satu. Si ibu
bisa langsung kena tuduhan telak sebagai tukang kebut jam.
Sekitar 3 SPBU di Jogja jam dindingnya terlalu cepat setengah jam.
Entah untuk alasan apa yang satu ini. Mungkin biar bisa cepet-cepet
pulang kerja. Mungkin ini juga alasan percepatan jam di perkantoran.
Sementara jam-jam umum khas Jogja seperti di Ngejaman dan perempatan
Gramedia Jl. Sudirman menunjukkan waktu yang cukup tepat bahkan malah
lebih lambat. Mungkin karena kota Jogja ingin waktu tak segera berjalan,
karena masa depan penuh ancaman yang bakal menyerang kota seperti
Jogja.
Dan kalau jam berjalan mundur, di Jogja saya cuma
menemukan di toko kaset Popeye. Mungkin karena Popeye ingin kembali ke
kejayaan masa lalu di mana banyak orang masih beli kaset. Postingan
terkait ini bisa dibaca di sini.
Berhubung hidup di dunia cuma sekali, cuma sebentar, kenapa musti
buru-buru? Gunakan waktu untuk menikmati dunia sembari menabung untuk
menghuni surga dan mengejar ridho-Nya.
No comments:
Post a Comment