Wednesday 21 November 2012

Mengungkapkan Ketidaktahuan

Apa-apa yang kita ungkapkan dan keluar dari mulut atau dalam bentuk tulisan pastinya adalah sesuatu yang sudah kita tahu kecuali kalau ungkapannya berbentuk pertanyaan. Tentu jauh lebih mudah mengungkapkan sesuatu yang kita tahu. Makanya dosen sering menugaskan kita untuk mengungkapkan apa yang kita tahu misalnya mereview bab yang diinginkan, bab yang paling dipahami, atau menjawab soal yang diinginkan (kalau soalnya bisa dipilih).

Baru kali ini ada dosen meminta mahasiswanya menuliskan bab yang paling tidak dipahami. Ini tugas ujian akhir. Sang dosen meminta tugasnya diketik satu halaman dan terdiri dari dua paragraf. Paragraf pertama adalah tentang bab apa yang paling tidak dipahami, dan paragraf kedua adalah tentang mengapa tidak paham. Betapa girangnya dapat tugas macam begini.

Tapi ternyata tugas ini mematikan sekali. Setelah ngobrak-abrik materi, yang ada hanya bingung dan kekosongan. Setelah membaca semua materi, saya merasa paham tidak, tak paham juga tidak. Sebenarnya ada juga sih yang nggak paham. Tapi itu cuma karena saya belum mencarinya saja di google atau perpustakaan. Masa iya saya mau memasukkan yang belum dicari di google itu dalam tugas, jangan-jangan dikira dosen saya nggak bisa ke perpus ato gak bisa internetan.

Setelah beberapa bagian dicari di google, lhah malah jadi mudeng semua materinya. So, kebingungan mampir lagi. Akhirnya saya ambil acak salah satu materi dan mempertanyakan hal-hal yang mengada-ada terkait bab tersebut, dan saya tidak tahu kenapa saya tidak paham, itu masalahnya. Padahal poin nilai tertinggi ada di pertanyaan mengapa tidak paham. Dosennya nggak salah, otak saya juga normal, jadi apa kira-kira yang bikin tidak paham. Jadilah tugas yang cuma satu halaman itu selesai dalam waktu berjam-jam diselingi piknik di situs jejaring sosial. Ternyata teman-teman banyak juga yang mengeluh malah jadi mudeng sama materi dosen tersebut, kemudian bingung bagaimana mengerjakannya. Memang sok pinter kami semua, hehe.

Kesimpulannya sekarang, mengungkapkan apa yang kita tak tahu itu susah. Kadang kita juga tak tahu sebenarnya apa yang kita tak tahu. Apalagi kenapa kita tak tahu. Pertanyaan yang sangat reflektif dan butuh bertapa di bawah pohon bodhi.

No comments:

Post a Comment