Apa-apa
yang kita ungkapkan dan keluar dari mulut atau dalam bentuk tulisan
pastinya adalah sesuatu yang sudah kita tahu kecuali kalau ungkapannya
berbentuk pertanyaan. Tentu jauh lebih mudah mengungkapkan sesuatu yang
kita tahu. Makanya dosen sering menugaskan kita untuk mengungkapkan apa
yang kita tahu misalnya mereview bab yang diinginkan, bab yang paling
dipahami, atau menjawab soal yang diinginkan (kalau soalnya bisa
dipilih).
Baru kali ini ada dosen meminta mahasiswanya menuliskan
bab yang paling tidak dipahami. Ini tugas ujian akhir. Sang dosen
meminta tugasnya diketik satu halaman dan terdiri dari dua paragraf.
Paragraf pertama adalah tentang bab apa yang paling tidak dipahami, dan
paragraf kedua adalah tentang mengapa tidak paham. Betapa girangnya
dapat tugas macam begini.
Tapi ternyata tugas ini mematikan
sekali. Setelah ngobrak-abrik materi, yang ada hanya bingung dan
kekosongan. Setelah membaca semua materi, saya merasa paham tidak, tak
paham juga tidak. Sebenarnya ada juga sih yang nggak paham. Tapi itu
cuma karena saya belum mencarinya saja di google atau perpustakaan. Masa
iya saya mau memasukkan yang belum dicari di google itu dalam tugas,
jangan-jangan dikira dosen saya nggak bisa ke perpus ato gak bisa
internetan.
Setelah beberapa bagian dicari di google, lhah malah
jadi mudeng semua materinya. So, kebingungan mampir lagi. Akhirnya saya
ambil acak salah satu materi dan mempertanyakan hal-hal yang mengada-ada
terkait bab tersebut, dan saya tidak tahu kenapa saya tidak paham, itu
masalahnya. Padahal poin nilai tertinggi ada di pertanyaan mengapa tidak
paham. Dosennya nggak salah, otak saya juga normal, jadi apa kira-kira
yang bikin tidak paham. Jadilah tugas yang cuma satu halaman itu selesai
dalam waktu berjam-jam diselingi piknik di situs jejaring sosial.
Ternyata teman-teman banyak juga yang mengeluh malah jadi mudeng sama
materi dosen tersebut, kemudian bingung bagaimana mengerjakannya. Memang
sok pinter kami semua, hehe.
Kesimpulannya sekarang,
mengungkapkan apa yang kita tak tahu itu susah. Kadang kita juga tak
tahu sebenarnya apa yang kita tak tahu. Apalagi kenapa kita tak tahu.
Pertanyaan yang sangat reflektif dan butuh bertapa di bawah pohon bodhi.
No comments:
Post a Comment