Bisa
membuat sebuah konser tunggal adalah pencapaian kebanggaan setiap
musisi. Namun konser tunggal mensyaratkan sesuatu yang tak mudah. Tentu
saja, musisi tersebut setidaknya sudah memiliki pencapaian, baik dalam
jumlah album maupun basis penggemar. Sehingga nantinya konser tunggal
bisa menunjukkan kebesaran musisi tersebut. Maka biasanya konser tunggal
adalah milik mereka yang sudah malang-melintang dan makan asam-garam
dunia musik, yang usianya tak cuma seumur jagung, dan penggemarnya punya
loyalitas kelas dewa. ADA Band, salah satu band favorit saya, juga
sempat bercita-cita membuat konser tunggal. Namun sayang, meski masih
eksis di dunia musik, mereka telah kandas dalam banyak hal. Malam tadi,
band favorit saya Sheila On 7-lah yang telah berhasil mewujudkan impian
itu dalam "Sheila On 7 16th Anniversary 3 on 3 Concert".
Pagi
ini pasti sudah banyak media massa yang memberitakan konser ini,
termasuk koran langganan keluarga saya. Orang lain pun sudah pasti lebih
banyak yang posting tentang konser ini dalam berbagai bentuk mulai
twit sampai blog. Tapi setiap orang pasti punya versi sendiri yang
berbeda dan saya juga akan berkontribusi supaya nama Sheila On 7 tetap
bergaung pagi ini. Semalam sungguh konser yang hebat, hingga saya sudah
tidak merasa lelah lagi pagi ini setelah membuat gempa (mungkin tak
sampai) 1 SR di Grand Pacific Hall.
Prakonser
Siang kemarin waktu saya dan teman-teman menukarkan kuitansi tiket presale,
antrian memang panjang tapi masih dalam batas wajar. Maka kami mengira
semuanya akan baik-baik saja hingga saya ingat bahwa tiket yang
terjual mencapai 4.000 lembar ditambah ratusan tiket yang dijual on the spot. Annisa Ika Tiwi, sebut saja sebagai koordinator tiket kami semua, mengajak tiba di venue jam lima sore. Saya sempat agak ragu mau tapi akhirnya nurut juga. Maunya sih biar dapet posisi wuenak waktu nonton.
Jadilah saya istirahat sekitar dua jam di rumah untuk kemudian harus
melakukan perjalanan jauh ke barat lagi ke Grand Pacific Hall. Diah Sri Utari dan Anindita Irnila (yang datang ke Jogja demi band ini) melaporkan lokasi venue
jam lima masih sepi. Maka saya dan teman-teman pun nongkrong dulu di
burjo kebanggaan, Samiasih sambil makan dan salat magrib dulu. Jam enam
lebih, kami baru berangkat, diantar oleh langit yang horor (penuh kilat
dan cahaya seperti ada yang ajep-ajep di langit).
Nah lo nah lo, tiba di venue
antrian sudah hampir mencapai gerbang depan. Ular naga panjangnya.
Termasuk Sheila Gank dari berbagai daerah sudah terlihat di mana-mana.
Tapi kami masih bisa tertawa di atas penderitaan orang lain yang
ternyata masih banyak mengular di belakang kami. Hasil dari langit penuh
kilat tadi adalah angin mulai kencang sekali dan...BRESS!! Antrian
tidak segera maju dan hujan mengguyur ampun-ampunan. Tak ada payung, jas
hujan, apalagi atap. Hampir semua teman bilang, intinya "belum pernah
aku demi konser sampai kayak gini." Walhasil, beberapa teman termasuk
saya, berlindung di bawah kemeja Bayu Ardiyanto yang dijadikan terpal
dan beberapa menit kemudian terpal nonparasit itu basah kuyup dan tak
tahulah kami mau berteduh di mana lagi tanpa meninggalkan antrian.
Mas-mas kru di depan cuma bisa bilang "Sabar ya" "Tertib ya"
"Pelan-pelan" "Tenang" hingga "Sheila On 7 belum main kok." Yaeelaah,
ini desak-desakan juga karena keburu pengen ngeyup bukannya mengira SO7 udah main. Gate yang
sudah dibagi antara kelas festival dan VIP udah gak ada gunanya lagi.
Semuanya masuk campur aduk. Daaaan, alhamdulillah yaa, kelas festival
ditaruh depan, dan kelas VIP di belakang dengan posisi lebih tinggi dan
diberi kursi. Kalau gini kan jadinya festival gak teraniaya VIP. Tapi
sudah banyak saja yang menyemut di depan panggung. Jadilah kami dapet
posisi di tengah. Dan kemalangan anak perempuan seperti saya adalah
ketika berdiri di belakang lelaki tinggi, aahh tidaak.
Konser
Sudah cukup cerita tentang saya dan teman-teman. Pada akhirnya konser
dimulai. Baru kali ini saya menyaksikan konser yang tertata dengan
konsep yang apik seperti ini. Panggung mempesona dan lighting
memukau cuma bisa bikin menganga. Personel Sheila On 7 malam itu
semuanya mendadak lebih ganteng, lebih keren, lebih enerjik. Duta
memukau dengan staminanya bergerak kesana-kemari dan bernyanyi tiga jam
tanpa drop. Adam memukau
dengan rambutnya yang sekarang kriwil dan tampak lebih muda. Semoga
gitarnya yang dicolong bisa ketemu ya Mas Adam. Eross, meski biasanya
juga udah nempel sama gitar, malam tadi terlihat jauuuh lebih keren
dengan gitarnya. Yang saya salut dari laki-laki adalah karena mereka
bisa langsung keren berkat atribut: alat musik dan alat olahraga
misalnya. Brian, juga tak kalah keren. Drumer adalah yang paling hebat
staminanya ketika konser berlangsung tiga jam dan gebukannya tetap
mampu membuat penonton lonjak-lonjak.
Konser dibagi dalam tiga sesi yang terdiri atas dua sesi full band
dan satu sesi akustik. Sesi pertama yang merupakan sesi pemanasan,
banyak mengajak penonton lonjak-lonjak dulu untuk mengumpulkan tenaga.
Yang mengejutkan di sesi ini, Sheila On 7 memasukkan "My Heart Will Go
On" dalam salah satu medley
yang dilanjutkan dengan "Itu Aku". Sementara, sesi akustik menggunakan
panggung kecil di belakang kelas festival dan dekat sekali dengan
penonton VIP. Kelebihannya, panggung akustik lebih tinggi dari panggung
utama sehingga seluruh personel lebih terlihat jelas. Sesi akustik
adalah sesi paling melting
sepanjang konser, dengan lagu-lagu yang mendayu dan volume suara
penonton pun ikut melunak. Pada sesi ini, Brian, Eross, dan Adam sempat
menunjukkan atraksi menarik. Brian menepuk pangkal gitar sebagai
pengganti perkusi, Eross bermain di area lubang resonansi gitar, dan
Adam bermain di area leher gitar.Ya, mereka melakukannya bersama di atas
satu buah gitar.
Tiap pergantian sesi ada istirahat beberapa
saat dan mereka akan dengan cepat kembali ke panggung dengan penampilan
baru. Sesi terakhir kembali memanas dan kami lagi-lagi memuji stamina
mereka. Kami yang hampir lemah letih lesu kembali ikut
jingkrak-jingkrak dan bernyanyi bersama. Hingga saat terakhir menjadi
saat yang mengharukan ketika keluarga masing-masing personel ikut naik
ke atas panggung dan membawa kue tart plus lilin ultahnya. Istri-istri
mereka tampak cantik sekali malam itu, anak-anak mereka semua tampak
lucu-lucu dan menggemaskan. Mereka memiliki suami dan ayah yang juga
dicintai banyak orang, hebat. Kami juga diperkenalkan dengan Khaylila,
keponakan Eross yang menjadi inspirasi lagu "Khaylila's Song". Tak
hanya keluarga, seluruh kru Sheila On 7 pun ikut naik ke panggung.
Setelah lilin ditiup, taburan kertas warna-warni pun tersembur dari
atas, balon-balon berjatuhan, dan kembang api bersemarak. Setelah nomor
lagu terakhir, Duta cs mengucap terima kasih sebanyak-banyaknya,
berulangkali, seolah tak pernah cukup. Sama-sama mas-masnya, kalian
sudah membuat kami bangga, gembira, dan bahagia. Dan akhirnya konser
benar-benar berakhir dan pakaian kami yang basah kuyup kehujanan semua
sudah kering.
Sebelum pulang, kegiatan wajib kami cuma
foto-foto (karena bukan dari kamera saya, foto menyusul, wakakaka).
Kami berfoto dengan latar belakang panggung megah itu. Tak puas, kami
keluar dan berfoto lagi dengan backdrop Sheila On 7 di depan pintu
hall. Saya merasa kru-kru di depan kami memandang tidak enak ke arah
kami, tapi cuek sajalah. Pantas saja, ternyata kami diburu-buru minggir
dulu karena Pak Yan Djuhana-nya Sony BMG ternyata mau memberi
testimoni di lokasi kami tadi foto-foto, hihihi.
Ya sudahlah,
kami mendapatkan apa yang kami inginkan: konser Sheila On 7 yang
sebenarnya. Selamat ulang tahun, semoga kalian jaya dan melegenda
Originally posted on May 18th 2012
No comments:
Post a Comment