Tuesday 20 May 2014

Kenapa Saya Harus Pergi ke Inggris #1: The Beatles!

Satu lagi kesempatan untuk pergi ke Inggris, setelah setahun yang lalu saya pernah menulis sejumlah alasan kenapa saya harus menginjak black country ini (baca di sini).

Kali ini kesempatan datang lagi dari PT Pacific Indonesia melalui lini produknya, yakni Mister Potato dan Smax, hore! Coba, ada tidak, yang lebih menarik dari 'Ngemil Eksis, Pergi ke Inggris'? Sudah bisa ngemil enak, bisa ngeksis, terus ke Inggris, gratis! Semoga kali ini ngemil Mister Potato dan Smax-nya berbuah manis ya. Amin :)

Kalau diminta menyebutkan alasan kenapa saya mau pergi ke Inggris, tak akan pernah habis cerita saya. Ada saja hal-hal menarik dari negara yang sukses berkat Revolusi Industri ini. Saya sampai bergumam, jangan-jangan kegilaan terhadap suatu negara di luar negara sendiri itu termasuk jenis penyakit. Ya, karena apapun tentang Inggris, saya pasti suka. Percaya atau tidak? Kalau percaya terima kasih, kalau tak percaya ya sudah sih :D

Mumpung ada kesempatan cuap-cuap tentang kenapa saya mau banget ke Inggris, saya berencana menceritakannya secara bertahap dan bersambung dalam part-part. Semoga saja stok produk Mister Potato dan Smax di toko senantiasa bertengger dan melambai minta dibelai...eh...dibeli.

Yap, tulisan ini adalah pembuka sekaligus part #1. Hal pertama dan utama yang saya akan ceritakan adalah tentang The Beatles, sebagai band yang paling berperan bikin saya menempelkan wallsticker bertema inggris-inggrisan di kamar. Dan tentunya, makin bikin saya berencana pergi ke Inggris, entah dibayari atau menabung sendiri, entah kapan mencapai nominal biaya tur.

Kenapa The Beatles?

Lagi-lagi, kalau diceritakan, sampai saya bosan dengan The Beatles pun cerita tidak akan habis. Malahan, sepertinya bosan dengan band satu ini mendekati sulit.

Nah, dari sekian keistimewaan band asal Liverpool ini, mungkin ada baiknya saya rangkum saja dalam poin-poin yang akan teruuuus to be continued.

1. Tak pernah mati

Album pertama The Beatles, 'Please Please Me', dirilis oleh Parlophone Records pada tahun 1963. Tahun demi tahun bergulir, band beranggotakan empat orang pria keren ini menghasilkan 13 album, dan yang terakhir adalah 'Let It Be', pada tahun 1970. Kiprah mereka mungkin memang cuma dalam rentang kurang dari sepuluh tahun dan hanya dalam 13 album. Namun siapa menyangka, 13 album itu terus diburu orang hingga lebih dari 40 tahun berlalu sejak mereka bubar.


Bahkan, 13 album itu terus berkembang dalam berbagai kompilasi album yang masih terus dirilis. Misalnya saja, album 'Live at the BBC', 'Love', '1', 'Past Masters', 'The Beatles Anthology', hingga 'Let It Be...Naked'. Album dalam format vinyl alias piringan hitam pun kembali dirilis di era milenium untuk mengembalikan lagi nuansa klasik dari album mereka.

Selain album yang diburu, lagu-lagu mereka juga masih dinyanyikan oleh banyak band di seluruh dunia. Ada yang sekadar meng-cover ulang lagu mereka, atau yang nyata-nyata bikin band serupa The Beatles untuk melestarikan lagu-lagu mereka. Komunitas penggemar The Beatles pun masih banyak ditemukan di berbagai belahan dunia.

Sampai saya punya cucu, mungkin saya masih bisa bercerita tentang band ini ^^


Penampakan cover semua album.


2. Mereka punya semua lagu
Dengan jumlah album sebanyak 13 biji yang berisi lebih dari 200 lagu, kita tinggal pilih lagu-lagu mereka sesuai suasana hati, pasti ada. Mau yang sedih, senang, nge-rock, sampai lagu anak dan pengantar tidur, semua ada. Mereka punya lagu yang akan menemani kita sejak bangun tidur sampai tidur lagi.

Bangun tidur, kita bisa mendengarkan 'Good Morning, Good Morning' dan 'Here Comes The Sun'. Lagu cinta? Wah, hitung saja sendiri saking banyaknya judul yang memuat kata 'Love', mulai dari 'She Loves You', 'All My Loving', 'All You Need Is Love', 'And I Love Her', daaaan masih banyak lagi. Mau lagu yang cocok buat anak-anak? Ada 'Yellow Submarine'. Mau mengucap ulang tahun? Ada 'Birthday'. Mau tidur? Ada 'Good Night' yang alunan musiknya dijamin bikin kita cepet bobok.

Apa sih yang nggak ada? ^^




3. Pemimpi yang inspiratif
Selain menghibur saya dengan lagu-lagunya yang beragam, mereka juga menyuntikkan inspirasi dengan segudang kisah yang mereka alami sebelum tenar. Yang paling membuat saya kagum, mereka mengawali sukses dengan percaya pada mimpi mereka. Dreams. Saya paling suka kalimat John Lennon yang saya kutip dari buku 'The Beatles Way':

I believe in everything until it's disproved.
So I believe in fairies, the myths, dragons.
It all exists--even if it's in your mind.
Who's to say that dreams and nightmares aren't as real as the here and now?
Reality leaves a lot to the imagination.


Sebelum band ini menyentuh puncak kejayaan, pada tahun 1950-an mereka adalah penggemar penyanyi Amerika yang sangat populer saat itu: Elvis Presley. Ketika John ditanya apa mimpinya semasa muda, ia menjawab: "to be bigger than Elvis!". Ternyata, pada tahun 1960-an ia berhasil membuktikan perkataannya. 

Kisah lainnya datang dari sang penggebuk drum, Richard Starkey alias Ringo Starr. Ketika usianya masih 12 tahun, ia kerap berjalan-jalan di sepanjang jalanan Liverpool, memandangi toko musik dari luar jendela. Ia memimpikan saat-saat di mana ia akan memiliki satu set drum bermerek Ludwig. Sejak kecil, ia hanya menginginkan drum, tak pernah melirik gitar ataupun alat musik lain. Setelah karirnya bersama The Beatles terus menanjak, memiliki satu set drum Ludwig bukan lagi hal mustahil. Bahkan, hingga kini drum Ludwig sangat identik dengan The Beatles karena begitu seringnya Ringo menggunakannya dalam setiap aksi panggung.

Ya, seperti disebut juga dalam buku yang sama, rahasia sukses mereka menurut sang gitaris George Harrison adalah perkataan Mahatma Gandhi: "create and preserve the image of your choice." Ciptakan dan pertahankan bayangan tentang apa yang menjadi pilihanmu!




4. Trendsetter
Saat jayanya, The Beatles adalah pemimpin tren. Gaya rambut, gaya berpakaian, dan apa yang mereka lakukan adalah pedoman apa yang disebut bergaya atau nge-tren. Bahkan, kalau kita amati, sebenarnya beberapa gaya mereka masih pantas digunakan pada masa kini. Lihat saja gaya rambut mereka pada tahun 1964. Pada tahun itu, kebanyakan orang lain berambut rapi dan klimis seperti penampakan sang manajer, Brian Epstein, berikut:



Namun, mereka memilih bergaya rambut seperti ini:

Yah, pokoknya rambutnya masih bisa gerak tertiup angin.


5. Yah, pokoknya kagumi saja mereka!
Poin terakhir? Ya, kagumi saja mereka. Mereka memang layak mendapat perhatian. Segala peringkat nomor satu hampir pasti pernah mereka sandang. Album terbaik? Majalah musik Rolling Stone telah menobatkan album mereka yang bertajuk 'Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band' sebagai album terbaik dibandingkan 499 album lainnya yang terpilih. Peringkat penjualan album mereka pun adalah salah satu yang tertinggi dalam sejarah. Hingga kini angka penjualan masih terus berputar. Sebentar lagi, saya juga akan menambahkan satu angka penjualan untuk album mereka setelah tabungan saya cukup :D

Mungkin saya memang tidak kenal mereka secara personal. Bertemu langsung saja tidak pernah. Bahkan pernah hidup semasa dengan mereka pun tidak. Yang saya tahu, saya terhibur dan terinspirasi oleh karya-karya mereka. Mungkin tahun 1960-an itu tidak menarik, tak ada gadget, tak ada internet, tetapi gara-gara mereka saya mau mencicip kegempitaan 1960-an.

Sekarang, waktunya saya memberi sedikit bukti bahwa saya menyukai mereka :D




Yang di sebelah kanan adalah majalah Newsweek edisi khusus Special Commemorative Issue 'The Beatles: 50 Years Since The Music Started'. Versi cetak majalah terbitan Amerika Serikat ini ternyata bangkrut beberapa bulan setelah edisi ini terbit. Praktis, majalah yang saya pegang ini adalah Newsweek edisi terakhir yang memampang The Beatles di cover depan. Dan, perjuangan membeli majalah ini tak semudah beli buku TTS di lapak koran sebelah. Baca kisah selengkapnya di sini.

Nah, buku yang di sebelah kiri itu adalah buku biografi The Beatles yang bisa dibilang paling sah, meski belum tentu seutuhnya. Buku yang saya pegang adalah terbitan tahun 2010 yang sudah diperbarui oleh penulisnya, Hunter Davies. Sementara, cetakan pertama buku ini terbit pada 1968. Hunter Davies sendiri memang disetujui secara resmi untuk menulis biografi The Beatles. Hampir sebagian besar kisah The Beatles yang pernah kita baca ada pada buku ini. Katanya. Saya belum membuktikan secara keseluruhan tetapi saya percaya seharusnya memang begitu :D

Yeah, semoga besok ada pesan masuk yang mengabarkan saya bisa segera pergi ke Inggris. Karena saya suka The Beatles, sesampai di Inggris saya tentu akan berkunjung ke The Beatles Story Exhibition, patung lilin The Beatles di Madame Tussauds, Abbey Road Studio, Cavern Club, dan tempat-tempat lainnya yang akan mengingatkan kita pada The Beatles. Nah, sebelum pergi ke Inggris gratis, mari ngemil eksis dulu:

Berfoto dulu di depan stiker, besok ngemil di depan Big Ben betulan.

Sampai jumpa di tulisan saya selanjutnya. Dare to dream!



Sumber gambar:
http://beatlesjpgr.com
http://popchartlab.com
http://taolifestudio.com 
http://sjphoto.com

No comments:

Post a Comment