Monday 3 December 2012

Kisah Newsweek dan Importir Kelas Kecebong

Keahlian atau pengalaman dapat diukur dalam kelas-kelas yang masing-masing diwakili dengan nama ikan. Sebut saja kelas kakap untuk yang sudah sangat ahli dan kelas teri untuk yang masih minim pengalaman. Mungkin ada juga kelas lele atau bandeng untuk yang berkeahlian sedang atau khusus. Bisa Anda bikin sendirilah kategorisasinya.

Kali ini, saya termasuk dalam kelas kecebong dalam kegiatan impor barang. Saya anggap kecebong jauh lebih kecil dari teri, sekaligus terlupakan. Ya bukan nama ikan sih, tetapi setidaknya masih hewan air juga. Dalam hal ini, saya sangat jauh dari yang namanya minim pengalaman alias: tidak punya pengalaman sama sekali.

Semua bermula ketika seorang teman saya, Beryl, menjadi beatlemania kelas bandeng. Sebagai sesama beatlemania kelas bandeng, kami pun mengobrol dan tukar-menukar harta karun berupa dokumen-dokumen The Beatles, mulai dari musik, video klip, film, sampai dokumenter. Hingga kemudian Beryl menunjukkan terbitan Newsweek edisi khusus yang sampulnya memajang band favorit saya tersebut.

Sebuah terbitan yang cukup membuat mulut menganga, dengan tebal 98 halaman, full color, dan full hanya berisi The Beatles. Lengkapnya, terbitan ini bertajuk NEWSWEEK Special Commemorative Issue: The Beatles - 50 Years Since The Music Started. Terbit pada musim semi 2012. Dan yang lebih mencengangkan, harganya Rp 55.000,- (plus PPN sih)! Harga yang murah untuk sebuah majalah yang akan menjadi memorabilia.

Usut punya usut, Beryl meminjam majalah tersebut dari teman kami juga, yang membelinya di Jakarta. Kami pun sepakat berburu barang murah tersebut. Namun sayangnya, toko buku Periplus sudah tidak memiliki stoknya, bahkan meski Beryl sudah mengirim email ke Periplus pusat. 

Selanjutnya, saya beraksi dengan menghubungi PT Indoprom, distributor resmi majalah Newsweek di Indonesia. Langkah pertama adalah menelepon kantor cabang Indoprom di Jogja. Masalah mulai muncul ketika mas-mas di seberang telepon menanyakan 'spring' alias musim semi itu bulan apa *ngakak tingkat dewa*. Indonesia yang tidak menggunakan musim sebagai penanda waktu terbitan tentunya menjadi bermasalah dalam hal ini. Bayangkan ada majalah Tempo Edisi Khusus Penghujan 2012

Saya kemudian mengacu pada waktu di mana teman saya membeli majalah tersebut, yakni sekitar Maret 2012. Masalah kembali muncul karena saya menelepon distributor pada Oktober 2012. Tentu saja sudah tidak ada stoknya. Tapi ini cuma majalah, jangan menyerah!

Dilanjutkan dengan mengirim email ke PT Indoprom di Jakarta, saya hampir bahagia karena mereka bersedia mengirimkan majalah tersebut asal saya beli dua kopi. Tentunya yang satunya buat Beryl. Atau saya jual lagi, whatever! Saya langsung me-reply persetujuan secepat kedipan. Sembari membayangkan asyiknya membaca majalah tersebut, email datang lagi: ternyata seluruh stok majalah pada bulan Maret 2012 sudah di-destroyed. Entahlah dengan cara apa, digilas atau dibakar T.T

Saya kembali mengirim SMS pada Beryl mengenai masalah tersebut. Ternyata Beryl juga tidak menyerah sampai di situ saja. "Aku mau coba beli dari luar negeri," demikian ketikan SMS yang sampai ke ponsel saya.

Sebenarnya saya sendiri juga sudah melirik terbitan ini di Amazon dan eBay. Namun saya masih maju dan mundur karena harganya yang masih di luar kewajaran, yakni antara 8-17 dollar. Sangat jauh dibandingkan dengan harga eceran Newsweek di Indonesia. Saya mencoba mengirim email pesanan ke banyak distributor spesialis majalah impor bekas. Lapak-lapak di Kaskus juga saya jelajahi. Namun hasilnya nihil.

Untuk sementara waktu, saya memendam keinginan akan majalah tersebut. Tapi pikiran tidak bisa lari. Sekali waktu saya masih suka semacam bikin wishlist di eBay dengan membuka-buka situs tersebut, sekadar memandangi keinginan yang tertunda *halah*

Hingga pada akhir Oktober 2012, saya kebetulan sedang membuka situs eBay dan menemukan penawaran baru dari sejumlah lapak, tentunya dengan harga yang jauh lebih murah, 4-7 dollar. Kali ini saya sudah berniat untuk membelinya, harus. Masalah yang kemudian muncul adalah saya tidak punya kartu kredit dan akun Paypal.

Ini cuma majalah, jangan menyerah. Saya pun mencari-cari jasa perantara impor barang di internet dan menemukan satu yang paling yahud karena responnya cepat dan biayanya cuma Rp 10.000: Jasaperantara.com ^^

Saya tinggal memasukkan tautan barang yang akan dibeli dan cling...rincian biaya sekejap sudah keluar. Setelah itu biaya bisa langsung ditransfer dan setelah menerima bukti pembelian ke penjual, kita tinggal menunggu dan duduk manis menanti pak pos.

Menunggunya memang menunggu dalam tingkatan parah, 3 minggu. Barulah benda ini muncul di bawah pintu kamar saya yang terletak di sebelah ruang tamu: sebuah amplop cokelat dari Massachusets. Rupanya pak pos atau tukang paket menyelipkannya langsung ke kamar saya, spesial sekali :D



Berjuta rasanya ketika pertama kalinya dalam hidup mendapat kiriman dengan label US Postal Service seperti ini. Sekaligus bahagia karena ini adalah puncak perjuangan saya mendapatkan majalah ini *berhebohan*. Nah, saya juga jadi tahu nama pemilik lapaknya, hahaha:


Barang ini dikirim pada 2 November 2012 dan tiba di kolong pintu kamar pada 20 November 2012. Wow, perjalanan yang sangat panjang. Saya membayangkan jangan-jangan majalah ini sempat terinjak-injak di pemeriksaan bea cukai.


Dan salah satu sisi tidak enak membeli barang dari luar negeri adalah barang tersebut harus diperiksa dulu ketika tiba di Indonesia, bahkan sebelum disentuh pemiliknya. Jadinya tiba di tangan sudah terkoyak begini:


Yang penting perjuangan saya berakhir, ini dia penampakannya:


Ini cuma majalah, jadi jangan menyerah. Apalagi ada masalah, harus pantang menyerah. Bisa dibilang, usaha saya lumayan besar untuk majalah ini. Tapi saya meniatkannya untuk menjadi semacam self-rewarding karena sudah berkutat dengan skripsi sambil bekerja selama setahunan. Saya baru akan membacanya selepas ujian skripsi :)

Setidaknya, meski belum dapat mewujudkan mimpi pergi ke luar negeri, saya beli dulu barang dari luar negeri, wakakaka. Siapa tahu semuanya berawal dari menjadi importir kelas kecebong begini ;)

No comments:

Post a Comment